Home » , , , » Kenaikan BBM Dorong Inflasi Melejit

Kenaikan BBM Dorong Inflasi Melejit

Posted by Master Publishing on Tuesday, 2 December 2014

Kenaikan harga bahan bakar minyak (BBM) bersubsidi memicu laju Indeks Harga Konsumsi (IHK) atau inflasi di Jawa Timur.

Badan Pusat Statistik (BPS) Jatim merilis, laju inflasi di Jatim sepanjang November 2014 mencapai 1,38%. Kondisiinilebihtinggi dibanding dengan bulan sebelumnya yang hanya di kisaran 0,47%. Kepala BPS Jatim M Sairi Hasbullah mengatakan, secara persentase kenaikan harga BBM subsidi hanya mencapai 12,46%, tapi dampaknya terhadap inflasi cukup tinggi.

Bahkan ini menjadi penyumbang inflasi terbesar Jatim sepanjang November yang mencapai 0,552%. “Kenaikan juga telah memicu kenaikan harga barang dan jasa di pasaran,” katanya. Untuk dampak langsung dari kenaikan tersebut bisa dilihat dari kenaikan tarif angkutan dalam kota yang mencapai 9,95% dengansumbangannya inflasisebesar 0,10%, atau terbesar ketiga setelah bensin dan cabai rawit.

Selain BBM dan tarif jasa angkutan, yang juga menjadi penyumbang inflasi terbesar adalah kenaikan harga cabai rawit. BPS mencatat kenaikan komoditas ini mencapai 97,1% dibanding dengan harga pada bulan sebelumnya. Cabai rawit menjadi penyumbang terbesar kedua dengan kisaran 0,13%.

Selain ketiga komoditas itu, beberapa komoditas dan jasa lain, seperti beras, cabai merah, solar, angkutan antarkota, biaya administrasi kartu ATM, tarif listrik dan biaya transfer uang, juga turut memicu tingginya inflasi. “Hanya ada satu kelompok pengeluaran yang mengalami deflasi akibat penurunan harga, yaitu kelompok sandang yang mencapai 0,11%,” ujar Sairi.

Meski terjadi gejolak harga yang relatif sangat tinggi pada bulan lalu, namun dari pantauan BPS masih ada beberapa komoditas dan jasa yang mengalami penurunan harga dan memberikan andil terbesar terjadinya deflasi. Sepuluh komoditas yang harganya terkendali tersebut adalah daging ayam ras, emas perhiasan, angkutan udara, melon, bawang merah, telur ayam ras, ikan tongkol atau ambu-ambu, kentang, cumicumi, dan semangka.

“Kondisi tersebut terjadi di seluruh kota yang menjadi acuan inflasi Jatim yang mencapai 8 kota. Inflasi tertinggi terjadi di Jember mencapai 1,92%, Kediri 1,66%, Malang dan Madiun masing-masing 1,51%, Probolinggo sebesar 1,31%, Sumenep 1,28%, Surabaya 1,27%, dan inflasi terendah terjadi di Banyuwangi yang mencapai 1,22%,” ujarnya.

Sementara laju inflasi kumulatif Jatim tahun kalender Desember 2013 hingga November 2014 tercatat mencapai 5,27% dan inflasi year on year (November 2014 terhadap November 2013) Jatim mencapai 5,85%. Angka ini lebih rendah dibanding dengan inflasi year on year pada November yang mencapai 7,53%.

Badan Pusat Statistik (BPS) pusat memperkirakan dampak kenaikan harga BBM terhadap inflasi masih akan berlanjut. “Inflasi terjadi karena pengaruh harga BBM yang naik sejak 18 November,” kata Kepala BPS Suryamin di Jakarta kemarin.

Dia menjelaskan, inflasi November 2014 relatif tinggi dibandingkan November tahun sebelumnya, tetapi masih lebih rendah dibandingkan inflasi Juli 2013 setelah pemerintah menyesuaikan harga BBM pada Juni tahun lalu. Menurut dia, inflasi November yang dipengaruhi kenaikan harga BBM belum menunjukkan dampak seluruhnya karena baru berjalan 12 hari dari kenaikan harga.

Sementara inflasi Juli 2013 mencapai 3,2% karena efek kenaikan harga BBM telah sepenuhnya. “Jadi ini karena timing kenaikan harga, soalnya November biasanya inflasi rendah,” katanya. Inflasi pada November 2013 tercatat hanya 0,12%, lalu November 2012 sebesar 0,07% dan pada November 2011 tercatat 0,34%.

Deputi Bidang Statistik Distribusi dan Jasa BPS Sasmito Hadi Wibowo menambahkan, dampak inflasi akibat kenaikan harga BBM akan berlanjut bulan ini. Kenaikan harga yang dilakukan pertengahan bulan, yaitu pada 18 November, membuat dampaknya terbagi pada sisa November ini dan sebulan setelahnya.

“Karena itu, inflasi November bisa di bawah 2% karena kenaikan harga baru berlangsung 12 hari. Kita harapkan inflasi bulan depan tetap di bawah 2%,” katanya. Lebih lanjut Sasmito menilai secara keseluruhan inflasi tahun ini diperkirakan tidak akan melampaui 8%. Namun, untuk mencapai angka inflasi tahunan di bawah 8%, pemerintah harus mampu mengendalikan harga cabai dan beras.

Dua komoditas tersebut terus mengalami kenaikan harga. BPS mencatat harga gabah kering panen di petani pada November naik 3,9%. Harga gabah kering giling di petani juga naik 3,21%.

Harga cabai merah pada November mengalami kenaikan 44,7% dan memberi andil pada inflasi sebesar 0,2%. “Gambarannya tadi kan harga beras sudah naik tinggi 3,9% kalau terbawa terus di Desember kan harga beras juga segitu. Jadi terutama cabai harganya harus ditekan,” tuturnya.

Berdasarkan pemantauan BPS, di 82 kota terjadi kenaikan indeks harga konsumen (IHK) dari 114,42 pada Oktober menjadi 116,14 pada November. Tingkat inflasi tahun kalender (Januari- November) sebesar 5,75%.

Inflasi terjadi karena kenaikan harga yang ditunjukkan kenaikan indeks beberapa kelompok pengeluaran, yaitu kelompok bahan makanan 2,15%, kelompok makanan jadi, minuman, rokok, dan tembakau 0,71%, kelompok perumahan, air, listrik, gas, dan bahan bakar 0,49%, kelompok kesehatan 0,43%, kelompok pendidikan, rekreasi, dan olahraga 0,08%; tertinggi terjadi pada kelompok transpor, komunikasi, dan jasa keuangan 4,29%.

Adapun kelompok sandang mengalami penurunan indeks 0,08%. Gubernur Bank Indonesia (BI) Agus DW Martowardojo memperkirakan inflasi tahun ini mencapai 7,9% yoy. Sementara inflasi pada Desember diperkirakan 2,2%. Dampak kenaikan inflasi yang paling perlu dijaga adalah yang terkait dengan sektor transportasi dan pangan.

“Kita yakini bahwa itu memang dampaknya akan tiga bulan dan setelah itu akan lebih rendah. Kita lihat puncaknya akan ada pada Desember. Setelah pada Desember 2,2%, Januari akan lebih rendah,” kata Agus di Kantor Kementerian Keuangan, Jakarta, kemarin.

Berdasarkan data BPS, pada bulan diumumkannya kenaikan harga BBM bersubsidi, inflasi tercatat sangat tinggi. Misalnya pada 2005 kenaikan harga BBM bersubsidi diumumkan pada 1 Maret dan 1 Oktober. Inflasi Maret pada 2005 mencapai 1,91%, padahal pada bulan sebelumnya, Februari 2005, terjadi deflasi -0,17%.

Pada Oktober 2005 inflasi langsung melonjak menjadi 8,7%. Kepala Ekonom PT Bank Internasional Indonesia Tbk (BII) Juniman mengatakan, inflasi pada November di level 1,5% di bawah ekspektasinya. Sebelumnya dia memproyeksikan inflasi November bisa menyentuh 2%. “Tapi kelihatannya ini baru first round, akan naik lagi di Desember,” kata dia.

Dia memperkirakan Desember nanti inflasi akan mencapai 1,57% atau secara tahunan sebesar 7,42%. Kenaikan harga BBM menambah inflasi sebesar 1,07%, sedangkan inflasi musiman pada Desember menyumbang inflasi 0,5%.

Arief Ardliyanto/ Ria Martati



View the original article here



Peliculas Online


0 comments:

Post a Comment

.comment-content a {display: none;}