Direktur Laboratorium Manajemen & Bisnis Unpad Aldrin Herwany mengatakan, tingginya suku bunga kredit tidak hanya akan berdampak pada sektor riil, tetapi juga berimbas terhadap perlambatan pertumbuhan penyaluran kredit.
"Perang suku bunga di dunia perbankan juga akan berimbas pada perlambatan pertumbuhan kredit. Pertumbuhan kredit hingga akhir tahun diprediksi akan berada di bawah 20%," ungkapnya, Senin (6/10/2014).
Menurutnya, perang suku bunga diakibatkan oleh suku bunga acuan (BI rate) yang ditetapkan oleh Bank Indonesia. Saat ini, BI rate tetap ditahan tinggi pada angka 7,5%. Kondisi tersebut membuat perbankan menerapkan suku bunga deposito dan kredit yang sangat tinggi.
Oleh karena itu, kata dia, kunci untuk menurunkan suku bunga perbankan adalah dengan menurunkan BI rate. Dia berharap BI Rate turun hingga pada angka 7,25% dan secara bertahap kembali diturunkan pada tahun depan di angka 6,5%.
"BI juga harus menetapkan batas atas dan batas bawah terutama untuk suku bunga deposito. Sebab, kalau tetap dibiarkan, suku bunga deposito terus naik sehingga menghambat sektor riil terutama segmen UMKM," katanya.
Sementara itu, Pengamat ekonomi dari Universitas Pasundan (Unpas) Acuviarta Kartabi menilai, perang bunga deposito akan memberikan dampak buruk terhadap perekonomian secara umum. Tidak hanya itu, dalam jangka panjang perang dapat mengancam perbankan terkait.
"Nasabah kerap menganggap bunga deposito yang tinggi sebagai sesuatu yang menguntungkan. Namun hal ini justru perlu diwaspadai. Nasabah harus bersikap hati-hati terhadap bank yang menerapkan bunga deposito tinggi. Lihat kasus yang menimpa bank Century yang sempat memberikan bunga lebih tinggi dari bank lainnya," paparnya.
Dia mengimbau, nasabah jangan hanya melihat bunga despitonya saja, tetapi harus melihat bank tersebut dari sisi pengelolaan dana. Dia menggambarkan, jika suatu bank memberikan deposito tinggi maka mereka akan mencari investasi dengan return yang tinggi.
"Rata-rata NIM perbankan di Indonesia sekitar 5,5%, maka sebuah bank akan mencari investasi dengan return marjin minimal 16%-17%," katanya.
Lebih lanjut dia mengatakan, hal itu tidak sehat secara ekonomi karena menciptakan high cost economy. Suku bunga deposito yang tinggi juga akan membuat sektor riil mandeg, pasar modal terganggu, dan menimbulkan investasi berbiaya tinggi.
"Sudah banyak indikator yang menunjukkan bahwa BI rate sudah selayaknya turun secara bertahap," sebutnya.
View the original article here
0 comments:
Post a Comment