Pengaruh Ilmu Terhadap Perang

Posted by Master Publishing on Sunday 5 October 2014

Sébastien Le Prestre de Vauban Sébastien Le Prestre de Vauban

oleh DF Lolo

Ilmu pengetahuan dan teknologi bagaikan dua sisi mata uang yang tidak terpisahkan.Produksi ilmu pengetahuan akan selalu berbanding lurus dengan perkembangan teknologi, yang pada perkembanganya akan memberi dampak besar bagi kehidupan manusia baik pada cara berpikir maupun cara bertindaknya. Albert Einstein mengatakan “pengalaman adalah pengetahuan”,  dari pengalamanlah kita kita bisa mengetahui sesuatu yang pasti dan bisa memproyeksikan sesuatu untuk masa depan. Pengalaman adalah pengetahuan dan pengetahuan adalah kekuatan.  Henry Guerlac yang menuliskan; “Pengaruh ilmu terhadap perang” dalam Edward Mead Earle “penyusun-penyusun strategi perang modern” (1962) mencari benang merah antara hubungan ilmu pengetahuan terhadap perang dalam karya-karya Vauban dari sejarah peperangan  yang berkecamuk sangat lama di Eropa.

Di Eropa pernah berkecamuk perang yang hampir tidak terputus, mulai dari masa Machiavelli sampai  pada akhir perang perebutan tahta di Spanyol.Penyerbuan Perancis ke Italia yang menggusarkan Machiavelli, ternyata hanya sebagai bab pendahulual dari persaingan internasional yang sengit selama dua abad.Menjelang akhir abad ke tujuh belas, pertarungan lama itu telah dimulai lagi sebagai bagian dari percobaan Louis XIV untuk merebut supermasi di Eropa. Belanda dan Inggris yang pernah menjadi sekutu Perancis dalam mengakhiri dominasi Spanyol di kemudian hari menjadi lawan bagi Prancis itu sendiri.

Perdamain Utrecht (1713) telah membuka pintu bagi Inggris di atas lautan, walaupun perjanjian tersebut tetap membiarkan jajahan-jajahan Perancis yang paling penting masih tetap utuh.Perjanjian tersebut juga membiarkan begitu saja tentara-tentara Perancis (tentara raksasa nasional pertama di Eropa) yang sekalipun sedikit lemah akan tetapi masih tetap hebat.

Kemajuan militer selama dua ratus tahun terkumpul dalam tentara-tentara itu, kemajuan ini sangat penting dikarenakan pada masa itu jumlah tentara menjadi sangat besar.Hal ini terutama disebabkan oleh karena  bertambah pentingnya kesatuan Infanteri dimana telah terjadi kemajuan terhadap senjata api. Selain itu perang pengepungan atau pun bertahan terhadap benteng-benteng yang ada hanya bisa dilakukan oleh ifanteri. Tentara Eropa pada abad ke 17 adalah tentara yang profesional, kebanyakan dari mereka adalah tentara asing yang mendaftar secara sukarela.

Perbaikan dalam organisasi, disiplin dan perlengkapanya sebagian besar disebabkan oleh perkembangan administrasi sipil yang berda di tangan sejumlah perencana-perencana besar, Richelieu, Le Telier, Louvois dan Vuban yang masing-masing karirnya telah menghiasi abad ke 17. Sampai pada abad ke 17 urusan ketentaraan hampir secara keseluruhan dijalalankan oleh orang-orang militer sendiri dan didalamnya sedikit sekali terdapat pengawasan sentral.

Richelieu telah meletakan dasar-dasar bagi administrasi sipil dalam tentara, dibawah pemerintahan Richelieu telah diciptakan jabatan penting yakni; menteri peperangan.Disekitar mentri peperangan ini tumbuhlah dinas pemerintah yang mempunyai departemen-departemen lengkap dengan arsip-arsipnya.Jika dinilai dari ukuran modern atau dengan ukuran Napoleon sekalipun, tentara Perancis pada masa Louis XIV tidaklah mempunyai organisasi yang teratur sama sekali.

Usaha yang terus-menerus untuk mengatur dan menertibkan struktur tentara ini mencerminkan apa yang sedang berlangsung pada bidang-bidang lainya yang dibimbing oleh pengaruh “rasionalisme ilmiah” dalam usaha-usaha mereka memodernisasikan baik tentara maupun pemerintahan sipil dimana ilmu pengetahuan menimbulkan pengaruhnya secara langsung terhadap  masalah militer.

Ilmu dalam perang selalu mempunyai hubungan yang erat satu sama lain.Sebagian kecil dari para ahli ilmu Eropa adalah prajurit yang lebih banyak bekerja sebagai ahli teknik pembantu teknis tentara. Sejumlah ahli bedah militer telah mendapat tempat dalam buku-buku tahunan ilmu kedokteran atau anatomi, lebih banyak lagi dari mereka adalah ahli-ahli teknik yang didalamnya mengabungkan keahlianya dalam arsitektur militer, artileri kuno dan modern dan dalam penggunaan beragam alat-alat militer yang ditujukan untuk memajukan tatacara perang modern.

Sepanjang abad 16 dan selama bagian terbesar abad 17 sejumlah ahli dari Italia, Perancis dan Inggris telah mencurahkan perhatian terhadap masalah-masalah yang berhubungan dengan teknis peperangan.Walaupun pendidikan militer yang teratur masih harus menunggu sampai abad 18, hampir setiap perwira yang tercatat pada jaman Vauban mempunyai pengetahuan teknis yang dangkal.Pengaruh  ilmu terhadap perang ini akan semakin menemukan bentuknya setelah terjadi perubahan yang cepat dalam bidang arsitektur dan artileri.

Seni atau arsitektur militer telah mengalami suatu revolusi besar dalam abad sesudah peperangan Italia pada jaman Machiavelli. Artileri Prancis dengan sangat mudah menghancurkan benteng-benteng abad pertengahan kota Italia.Jawaban Italia terhadapnya ialah ditemukanya suatu “enceinte”(pagar tembok benteng) model baru di Eropa sampai permulaan abad 19. Enceinte ini ialah suatu bangunan bersegi banyak dengan kubu-kubu (bastions) yang menonjol kemuka dari setiap sudutnya secara sedemikian rupa sehingga pihak penyerang dapat digempur dengan tembakan silang yang efektif.

Setelah disempurnakan oleh ahli-ahli teknik Italia kemudian, Enceinte ini terdiri atas tiga bagian pokok; pertama: sebuah tembok tebal yang rendah, dengan tabir pelindung; kedua: sebuah parit yang lebar; dan ketiga: dan sebuah tembok luar ,”glacis”, yang bentuknya melandai kedataran daerah pedalaman disekitarnya.Matematikus Italia Tartaglia, dan ahli ilmu Belanda, Simon Stevin, adalah ahli teknik yang sama termasyurnya seperti halnya sumbangan mereka kepada matematika dan mekanika.Bahkan Galileo pun pernah mengajar ilmu perbentengan di Padua.Frauet dari Perancis, yang menyadari keahlian ahli-ahli teknik Italia, membawa sebagian dari mereka untuk bekerja padanya.Selanjutnya adalah Errard seorang pendiri tituler dari sekolah perbentengan Perancis yang berdiri sejak penerbitan karyanya”Fortification reduicteon art”(1594).Dalam masa abad ke 17 munculah ahli-ahli teknik yang cakap, yang sebagian dari mereka adalah perajurit-perajurit sedangkan lainya lagi adalah ahli teknik sipil terkemuka.Diantara ahli teknik terkemuka yang menonjol adalah Count de pagan, dimana banyak orang menyebut dia sebagai guru dari Vauban.

Blaise de Pagan (1604-1665) adalah seorang teoritikus, bukan ahli teknik praktek.”Sistem pertama” Vauban yang terkenal, pada kenyataanya tak lain adalah gaya Pagan, yang dilaksanakan dengan tambahan-tambahan kecil dan secara cermat disesuaikan dengan perkembangan-perkembangan yang ada di lapangan.Gagasan-gagasan Pagan terkumpul dalam kupasanya”Les fortifications du comte de pagan”. Bagi Pagan, kubu-kubu (bastions) bagian yang luar biasa penting dalam rancanganya, dan kedudukan serta bentuk dari kubu-kubu itu ditentukan dengan bantuan kaidah-kaidah geometris sederhana yang dirumuskan olehnya, yang mempunyai pertalian lebih banyak dengan bagian luar  Enceinte dari pada dengan bagian dalamnya.

Dalam perkembangan artileri terdapat saling pengaruh yang sederhana antara keahlian ilmiah dan kebutuhan-kebutuhan militer selama abad ke 16 dan abad ke 17. “De la pirotechnia” karya Biringuccio (1540), untuk waktu yang lama merupakan buku yang berpengaruh mengenai Pyroteknik militer, pembuatan bahan peledak dan metalurgi untuk meriam.Hasil-hasil Tartaglia, yang merangkum penemuan bahwa sudut tempuh maksimum adalah 45 derajat, telah menyebabkan penggunaan kwadrat atau kwadrat artileri secara luas. Galileo telah menghasilkan penemuan bahwa garis tempuh sebuah proyektil , agar tidak terpengaruh faktor-faktor yang menggangu seperti tahanan udara, haruslah berbentuk parabol.

The royal Society of London telah menerima piagam dari tangan Charles II pada tahun 1662.Empat tahun kemudian “Academie Royale des Sciences” dari Perancis telah dilahirkan.Dari kedua badan ini telah banyak dilakukan penelitian yang mempunyai nilai langsung dan potensial bagi angkatan darat dan angkatan laut.penelitian balistik (senjata lontar), penelaahan terhadap gejala-gejala desakan dan goncangan, penelitian terhadap bahan peledak yang telah diperbaiki dari sifat-sifat salpeter, penelitian untuk mendapatkan suatu cara untuk menentukan letak garis bujur laut dengan memuaskan, semua ini dan banyak soal lainya menjadi pusat perhatian dari anggota-anggota kedua akademi ilmu pengetahuan tersebut diatas.

Dibawah pengawasan Colbert, para sarjana dari “Academie des Sciences” telah meletakan dasar-dasar bagi kartografi modern, sehingga untuk pertama kalinya tentara dilengkapi dengan sebuah peta topografis yang lengkap dari daerah yang harus dipertahankan olehnya.bersambung.



View the original article here



Peliculas Online


0 comments:

Post a Comment

.comment-content a {display: none;}